Perlahan, ia menyesap minumannya dan melempar tatapan ke
luar jendela. Hujan masih mengguyur deras di luar sana. Aroma air hujan
menelusup masuk ke dalam ruangannya, bercampur dengan wangi khas minuman dalam
gelas kristalnya. Ia berdiri terpaku di sana, mencoba menenangkan jiwa dengan
aroma-aroma yang memenuhi udara.
Alih-alih merasa tenang. Ia malah merasa ada sesuatu yang
mengganjal di benaknya semakin mendesak. Tidak. Bukan di benaknya, melainkan di
sudut kecil dalam hatinya.
Keningnya berkerut samar. Perasaan yang mengganjal itu
mulai mengganggu. Begitu memaksa untuk memenuhi seluruh hatinya. Sementara
hatinya sudah menutup diri dari perasaan itu sejak lama. Seperti hujan yang
turun deras bagai tirai yang menutup pandangannya.
Ia memutar tubuh dan membelakangi jendela. Ruangan kosong
itu terasa begitu lengang sekarang. Kekosongan yang sama sekali tidak
membuatnya nyaman. Malah menghadirkan perasaan asing tetapi familier yang terus mengusik.
Hujan di luar sana seakan membantunya untuk tersadar dari mimpi buruknya selama
ini.
Saat itulah ia baru menyadari. Bahwa ia tidak ingin itu
terjadi lagi. Ia tidak ingin merasakan kehilangan untuk kesekian kali.
Kehilangan seseorang yang dicintainya sepenuh hati.
Bersambung ke Unlock Your Heart (Imperfect)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar